Pages

Thursday, August 4, 2011

Datang. Jatuh Cinta. Pergi.

Hangat peluk hadir mencairkan beku.
Tawa terurai sebagai melodi.
Rasa tersirat menyulam kisah.
Lelaki datang mengucap bahagia.

Dingin. Embun. Kicau burung.
Pagi hadir sebagai awal.
Membentuk kisah mengawali ritme hati.
Kemudian pergi menyisakan sinar.

Hangat. Riuh ramai. Celoteh riang.
Siang menghampiri dengan sinar terang.
Menari mengikuti ritme hati.
Lalu beranjak meninggalkan sepi.

Gelap. Sepi. Bersama.
Malam datang membawa bintang.
Rasa meluapkan kisah disana.
Mengeja tawa dan kisah pada satu hari.
Kemudian hilang menelan kebersamaan.

Datang. Jatuh cinta. Pergi.

Tuesday, August 2, 2011

Tentang Yang Merasa dan Yang Dirasa

"Ini tentang yang merasa dan tentang yang dirasa."

Pada akhirnya semua akan tiba pada waktunya di satu garis batas penentu akhir. Ruang ini menjadi akhir sebelum masing-masing dari kita saling melepaskan kepergian satu sama lain. Disinilah kita berdua, bersandingan dan menatap satu lekungan jam pasir yang mentransfer zat secara perlahan. Mengalirkan butir pasir secara berurutan. Membawa alur detik waktu ikut serta di dalamnya.

"Sudah hampir tiba waktunya." Ucapmu membuka tali percakapan.
"Iya." Jawabku singkat.
"Itu artinya semua akan kembali di posisi semula. Posisi awal seharusnya berada."
"Aku tahu."

Saat bulan berpindah untuk menyinari bagian dunia yang lain, saat matahari memunculkan sinarnya besok, itu berarti kamu takkan lagi berada disini. Takkan lagi ada di posisi ini. Itu berarti keadaan akan kembali di jalannya semula. Jalan sebelum aku dan kamu dipertemukan dalam garis takdir.

"Jadi, yakin nggak ada usaha buat nahan aku tetap disini?" Ucapmu sedikit ragu.
Aku mengangguk pelan. Berat. 
"Yakin nggak akan meminta aku kembali?"
Aku mengangguk pelan sekali lagi.
"Nggak ada alasan buat kamu tetap disini. Nggak ada alasan memintamu kembali." Ucapku.
Kamu diam. Datar.

Kita tahu pasti, kedatanganmu memang bukan untuk menetap. Kedatanganmu adalah untuk pergi. Kita tahu pasti, ada waktu yang mengejar. Menyita habis kebersamaan kita. Habis dan tanpa sisa.

"Dari awal kita tahu posisi masing-masing. Bukankan sudah seharusnya kita bisa meletakkan diri di posisi masing-masing?"
Sunyi. Detik waktu terdengar berjalan. Perlahan dan pasti. Jam pasir tetap bergulir. Kamu akan pergi. Pasti.

"Sudah jam 5. Aku harus siap-siap." Kamu berkata.
Aku mengangguk.
"Nggak ada yang mau kamu omongin dulu? Terakhir, sebelum aku pergi?" Tanyamu.
"Nggak. Lebih baik seperti ini. Tersimpan rapi tanpa perlu diucap."
"Bahkan ucapan selamat tinggal mungkin?" Tanyamu bersikeras.
Aku menggeleng. "Aku sudah mengucapkan selamat tinggal saat kamu datang pertama kali."
Kamu mengangguk tanda mengerti. "Lebih baik seperti ini, daripada saling memberatkan."

"Tio!" Panggilku. Kamu berbalik. "Semoga bahagia." Lanjutku.

Aku berucap lirih.
"Ini tentang hati yang merasa dan tentang cinta yang dirasa. Namun kemudian menetapkan diri untuk saling melepaskan."