Pages

Thursday, October 13, 2011

Petak Umpet


"Takdir itu hobinya main petak umpet. Dan selalu sekongkolan sama waktu."
"Maksudnya?"
"Suatu saat kamu akan tahu. Mungkin saja besok kita berada didalam permainannya."
"Petak umpet?"
"Ya. Petak umpet."

Kita benar berada dalam permainannya. Sudut yang sama, ruang yang sama, waktu yang berbeda. Waktu yang sama, harap yang sama, ruang yang berbeda. Begitu saja takdir memperlakukan kita. Menyembunyikan masing-masing dari kita. Meminta waktu sedikit mengecoh kita. Agar kita tidak bertemu. Kadang, takdir bermain sedikit lebih baik. Ruang yang sama. Waktu yang sama. Pandangan yang berbeda. Dan tetap saja tidak dipertemukan.

"Suatu saat kita harus bertemu lagi."
"Kapan?"
"Kalau takdir sudah lelah bermain petak umpet."

Mungkin ini yang kamu sebut petak umpet. Tapi menurutku, ini sama sekali berbeda. Bagaimana bisa kamu menyamakan dua hal tersebut? Bagaimana bisa dua manusia yang saling mencari, tidak juga dipertemukan? Bagaimana bisa dua manusia yang saling berharap bertemu, tidak juga dipertemukan? Ini bukan petak umpet. Kita bukan dua insan yang bersembunyi satu sama lain. Kita bukan dua insan yang mencari tempat ter-aman untuk tidak saling bertemu. Kita dua insan yang saling mencari. Ini sama sekali bukan petak umpet.

"Kenapa harus menunggu takdir lelah bermain? Bukankah kata janji ada untuk menciptakan pertemuan?" Protesku.
"Aku ingin semuanya alami. Se-alami kita yang saat ini dipertemukan."

Takdir tetap saja bermain. Hingga hari menelan harap. Senja di ufuk barat tak lagi jingga dalam pandangan. Aku sudah lelah. Entah bagaimana denganmu. Aku ingin pulang, tak ingin lagi mencari. Sudah cukup aku bermain. Biarkan saja takdir menyembunyikan kita dalam balutan waktu dan ruang masing-masing. Sampai kita habis terbalut.

Hingga akhirnya, di satu deras hujan yang menjadi penutup kemarau, ada sosok yang dulu pernah aku cari. Kamu. Diseberang jalan sana. Kita bertemu. Keadaan yang sama, ruang yang sama dan waktu yang sama. Sudah tak ada yang sembunyi. Sudah tak ada yang mencari. Kita sudah saling menemukan. Takdir sudah mempertemukan.

"Hai." Kamu membuka percakapan.
"Hai."
"Sudah lama aku mencarimu."
"Sudah lama aku berhenti mencarimu. Hanya berharap segera ditemukan."
"Pantas kita bertemu. Begitulah peraturan petak umpet. Sisi yang mencari harus menemukan sisi yang dicari." Ucapmu dengan segaris senyum.

Takdir sudah lelah bermain.

Sunday, October 2, 2011


"Katakan padaku. Adakah kita telah sampai pada perbatasan? Dimana hilir airmata menyekat ruang. Bagaimana tentang peraduan yang pernah menjadi tujuan? Bagaimana tentang pagi yang dulu kunanti?"

Kita. Habis. Sebelum fajar.