Pages

Monday, December 27, 2010

Tanpa Titik

"Kamu adalah kalimat tanpa TITIK!"


"Siapa aku di matamu?" Tuntutnya sedikit memaksa. Jangan menyalahnnya untuk tuntutan pertanyaan ini, sudah sewajarnya. Siapa wanita yang akan tahan dengan lelaki yang bahkan tak pernah sedikitpun memuji wanitanya. Dia bahkan tak pernah tahu alasan apa yang membuat lelaki tersebut mengejarnya selama 3 tahun.
"Sudahlah."
"Aku ingin tahu."
"Kau wanita ku. Kau tahu pasti." Ujarku tanpa memandangnya. Melirikpun tidak.
"Lalu? Apa yang membuat mu mati-matian mengejarku?" Lagi-lagi dia sedikit menuntut dari jawaban yang terlampau singkat itu.
"Mengejarmu?! Yang benar saja, aku menunggu mu."

Kalimat menunggu memang akan selalu pas untuk menggambarkan keadaan lelaki tersebut selama 3  tahun. Yang bersedia berada di samping wanita tersebut dengan status sahabat. Bahkan ketika wanita tersebut memutuskan untuk melepas label single pada statusnya. Bahkan ketika wanita tersebut memutuskan untuk pindah dari kota kelahirannya. Lelaki tersebut menunggu, bukan mengejar.

"Ya apapun lah itu. Apa yang membuat mu menunggu ku?"
"Sudahlah. Kau tahu aku tak pernah menyukai percakapan ini. Ini membosankan."
"Bagiku tidak! Aku selalu ingin tahu. Bagiku ini penting."
"Apanya yang penting? 3 tahun tidak cukup membuktikan?" Aku mulai kesal dengan pertanyaannya.
"Aku tahu. Tapi aku wanita. Aku butuh kata-kata untuk meyakinkan ku."

Aku mengerti. Sangat mengerti. Tapi bagaimana bisa aku menjabarkan semua tentang wanitaku? Bagaimana bisa aku mengeluarkan rasa dalam bentuk karbondioksida? Bagaimana bisa aku menggoreskan tinta untukmu? Aku tak tahu caranya.

"Kau pujangga, dan kau selalu mampu menuliskan berlembar-lembar kertas untuk menggoreskan tintamu menjadi puisi. Lalu bagaimana dengan aku? Aku tak pernah memintamu menulis tentangku. Aku hanya memintamu mengatakan."
"Kau adalah kalimat tanpa TITIK. Dan aku tak pernah sanggup menyelesaikannya."

Ya, wanita itu mengerti sekarang. Dua kalimat tersebut cukup mampu membuatnya menutup rapat pertanyaan-pertanyaan yang selalu berontak ingin keluar. Itu cukup. Sangat cukup.

Aku sanggup mendefinisikan kata CINTA dengan rangkaian-rangkaian kata. Aku sanggup menyelesaikan definisi dalam berlembar kertas. Tapi aku tak pernah sanggup mendefinisikan KAMU. Aku tak pernah sanggup menyelesaikan semua hal tentang mu di atas kertas, sama seperti aku mendefinisikan CINTA. KAMU dan segala tentang mu, takkan bisa terselesaikan. Kamu adalah kalimat tanpa TITIK. Dan aku lelah menulis. Aku hanya mampu menyimpan. Aku lelah berkata-kata. Aku hanya mampu menyimpan, KAMU dan tentang mu.

-Via-

0 comments:

Post a Comment