Pages

Friday, March 25, 2011

Hati, Cukuplah Berhati-hati

Apa kabar, Hati? Baik-baikkah? Kurasa masih akan baik-baik saja. Atau mungkin hanya berpura-pura baik? Baik ataupun tidak, ku rasa kamu masih akan tetap bertahan pada tempatmu, bukan? Anggaplah segalanya baik-baik saja dan kalaupun tidak, aku tahu kau adalah aktris yang terlampau canggih untuk memerankan peran baik-baik saja. Kau mampu terlihat baik-baik saja ketika segala hal berubah menjadi buruk. Aku tahu. Dan aku berterimakasih untuk itu.

Sekarang, lepaskanlah sejenak topeng kebaikan mu. Dan sedikit jujurlah padaku. Pada aku yang notabene adalah pemilikmu. Bukankah ini sudah terlalu lama? Terlalu lama membentengi dirimu dengan susunan batu bata yang bahkan kau bangun tanpa menyediakan pintu ataupun jendela. Seperti tak rela membuat celah, tak rela membuka atau tak rela dihancurkan.

Jangan membela diri. Aku sudah tahu. Aku tahu apa yang kau alami untuk kemudian memutuskan berdiam diri dalam benteng yang kau bangun. Tapi ini sudah terlalu lama. Kau sudah cukup lama melindungi dirimu sedemikian rupa. Menutup segala kemungkinan untuk memasukimu, menghalau kesedihan bahkan sebelum dia sampai pada berandamu. Ya, aku memang sedang memahami bentuk perlindungan mu. Dan aku mengharapkan hal yang sama darimu. Untuk memahami kau, aku, logika dan sekitar kita.

Ini bukan hanya tentangmu. Tentang melindungimu. Tapi ini tentang keseluruhanku. Dan keseluruhanku meminta mu untuk sedikit membuat celah. Sedikit saja, dan kita hanya akan membiarkan celah itu melebar perlahan. Tidak sulit, bukan? Setidaknya, biarkan benteng mu memiliki pintu dan jendela. Kau harus melihat hal-hal yang selama ini tertutupi. Atau kau pilih untuk menutupi. Kau harus melihat bahwa masih banyak warna yang mampu melapisi dinding mu. Kau harus tahu bahwa hijau tidak hanya ada pada halaman belakang mu, tapi juga pada taman yang ada di depan mu. Kita akan belajar. Belajar bagaimana menghias mu. Jadi, rubahlah benteng mu meski hanya sedikit. Tidakkah kau lihat kekosongan yang dengan jelas mengisimu? Dengan gagah mendampingimu?

Berhentilah ketakutan akan kehancuran. Hancur bukanlah hal yang patut untuk ditakuti. Kau harus ingat bahwa kau akan tetap mampu baik-baik saja bahkan ketika segala hal berubah menjadi buruk. Kau akan mampu merekonstruksi ulang dirimu bahkan ketika kau hancur. Kau pemilik kekuatan. Maka hancur bukanlah hal yang layak untuk ditakuti.

Hiduplah sebagaimana seharusnya kau hidup. Hati, kau hanya perlu berhati-hati. Bukan menutupi.

1 comments:

Anonymous said...

namun tetap tetap harus menjagamu! dan dirimu yang pada dirinya!

Post a Comment