Pages

Friday, March 25, 2011

Kepada Pemilik Masa lalu

Kamu pemilik masa lalu. Masa yang memang kamu bentuk menjadi positif, berwarna dan berkisah. Aku sadar untuk itu. Dan aku tidak sedang dalam keadaan mengelak kehadiranmu di masa itu. Takkan pernah. Untuk tiga tahun atau mungkin justru lebih dari itu, Terimakasih.

Aku telah sampai di masa sekarang. Masa yang tidak lagi sama dengan masa yang menjadi milikmu dulu. Masa yang dalam setiap paragrafnya tak ada ada lagi namamu, atau kisahmu. Ini sudah menjadi hal yang berbeda. Buku-buku hidupku bukan lagi mengisahkan kamu. Kamu sudah terjilid dengan rapi dan kusimpan pada rak buku kehidupan ku yang hanya akan kubacakan ketika aku sedang ingin mengenang atau ketika orang bertanya tentangmu. Tapi, kamu sudah selesai. Kamu sudah tamat.

Tulisan ini bukan dalam rangka menghadirkan kamu kembali. Masamu telah habis. Aku hanya sedang kembali mengingatkan aku sendiri. Mengingatkan akhirmu. Lalu bagaimana dengan tamparan seseorang yang membuatku seperti orang tolol? Tamparan yang mengatakan bahwa kamu masih tetap ada. Kamu masih tetap hidup. Tidak hanya tersimpan. Aku bahkan tak pernah sadar semua itu. Aku harus bagaimana? Bagaimana cara mengakhiri hal yang bahkan tak sadar aku jalani? Aku percaya aku telah meletakkanmu pada rak buku itu. Entah di bagian mana. Atas, bawah, kanan atau kiri. Tapi kurasa aku sudah menyimpanmu dengan aman. Pasti. Lalu bagaimana caranya menjilid buku kisahmu saat ini? Saat aku bahkan tak tahu dan tak ingat kapan menuliskannya. Apa lagi yang harus kujilid?

Kamu harus berakhir. Berakhir dengan total. Karena seperti kataku tadi, kamu hanya menjadi pemilik masa lalu. Dan aku bukan orang yang hidup di masa lalu. Aku tak  bisa menjilidmu sekarang, karena bahkan untuk mengingat apa yang kutuliskan di masa sekarang tentangmu saja aku tak lagi mampu. Aku tak bisa mengakhirimu. Karena aku bahkan tak tahu kapan aku menjalaninya. Jadi, bagaimana kalau kamu saja yang tahu diri dengan semuanya? Kamu bisa mengakhiri dirimu sendiri. Kamu bisa menjilid kisahmu sendiri. Aku akan menyediakan tempat di rakku. Kamu hanya perlu berjalan dan membiarkan dirimu tersimpan disana. 

Aku tidak menyalahkan mu. Ini juga bukan maumu. Mungkin kamu memang sudah terlalu jauh berjalan dulu. Hingga sampai pada lorong ketidaksadaranku. Dan lorong itu yang tetap mengingatmu. Tapi kita harus mengakhiri semua. Benar kan? Maka, silahkan berjalan ke akhirmu. Silahkan memulai perjalanan untuk keluar dari lorong ketidaksadaranku. Tak apa jika harus melewati ruangan sadarku sejenak. Tak apa jika hanya dengan cara itu kamu selesai. 

"Berakhirlah. Aku sudah baik-baik saja."

0 comments:

Post a Comment