Selamat malam, Kesederhanaan.
tidak, aku tidak akan menyapa si Kesederhanaan. aku tidak akan bicara
dengan sang Kesederhanaan. aku akan langsung bicara denganmu, Via.
aku mau kamu tau, aku rindu ruang birumu. ruang biru dan hampir semua
biru. warna bodoh. bodoh karena kamu lah yang menyukainya. aku rindu
isinya dan sekitarnya, kecuali pemiliknya. karena kamu harus tau, aku
semacam membutuhkanmu. aku butuh kesederhanaanmu untuk menghentikanku
menjadi Sang Berlebih. aku butuh kecukupanmu untuk menyumbatku mengeluh.
aku butuh positifmu untuk mengalihkan negatifku.
aku butuh ruang birumu. bukan untuk menyaksikan salju vulkanik jatuh
dari langit pertama kali seumur hidup, tapi untuk membunuh waktu
bersamamu. sebenarnya kamu teladan paling baik untuk segalanya. aku tak
tau akan dimana lagi mengenal sosok yang mampu selalu baik baik saja
dalam menjalani hidupnya. entah dimana lagi ada sosok yang punya
segalanya tapi mampu berlaku biasa saja, sekaligus sosok yang saat tak
memiliki mampu berlaku seperti segalanya telah terpenuhi.
aku mau ruang birumu. bukan untuk menumpang koneksi internet, tapi untuk
mendengar kalimat-kalimat yang selalu bodoh keluar dari mulutmu.
kalimat jenaka, dan kenapa kamu tak menjadi pelawak atau sekedar
pembodoh saja? aku tak tahu bagaimana jalan pikirmu. bagaimana jalan
rasamu. bagaimana otakmu, bagaimana hatimu. tapi bolehkah aku meminjam
dan mengopi sedikit? walaupun aku tau otakmu secadas underoath dengan IQ
ratusan berpangkat dua, aku masih tak paham. aku tak paham bagaimana
kamu bisa tenang saat berpapasan dengan apapun. atau mungkin hanya
tampak tenang? kalau begitu paling tidak beritahu aku bagaimana caranya
tampak selalu tenang. dan baik baik saja.
aku merindukan ruangan biru bodohmu. bukan hanya rindu helai rambut
berserakan, tapi semua isinya dengan nyanyianmu beserta pilihan lagu
yang selalu idiot dengan raut wajah paling polos. dan kamu. sungguh. aku
rasa aku akan butuh itu selamanya. apakah aku bisa? sepertinya aku akan
butuh bicara denganmu selamanya. apa bisa? aku akan butuh berbagi,
bercerita, bertanya, dan bahkan berteori denganmu selamanya,
seseringnya. apa mungkin? aku tak tahu akan dengan cara apa lagi aku
menemukan orang yang mampu memproses dan menerima informasi apapun.
APAPUN! sistem saraf pusatmu memang ksatria. akan seperti apa lagi aku
mengenal orang yang mampu mendengar dan memahami apapun bentuk aksara.
kepribadianmu memang raja.
sesungguhnya aku tak perlu menulis surat. aku bahkan sudah pernah
menulis surat cinta penuh gombalan untukmu. toh kamu sudah tau dan
kapanpun aku bisa menyampaikan langsung padamu. tapi aku rasa kamu
pantas di abadikan dalam satu bentuk berbeda. dan inilah seadanya.
bersenang-senang lah dalam liburanmu. karena kami disini juga
bersenang-senang tanpamu dan akan segera membuatmu iri. salam untuk
Lombok, anggap saja dari Defri yang rindu pulang walau sesungguhmya
salam itu dariku untukmu.
Selamat malam, Via.
source: http://cobacekajadulu.blogspot.co.id/2011/01/day-6-untuk-via-dan-ruang-biru.html
Note:
tulisan pertama dan terakhir dari adik bungsu yang selalu menjadi yang paling muda untuk apapun. bahkan perkara "pulang" kepada Sang Maha Pencipta pun tetap saja yang paling muda. kamu "pulang" terlalu cepat, bon. semoga kamu senang bisa bermain lebih lama. Amin.
0 comments:
Post a Comment