Pages

Wednesday, February 1, 2012

SPASI

"Aku mulai melangkah namun kamu terlanjur berbalik pergi."

Spasi ini milik kita. Tentang kamu dan aku yang berhadapan. Tentang kamu dan aku yang saling memandang. Tentang kamu dan aku yang berspasi. Spasi yang selalu sama. Kita berbicara tentang keyakinan. Bahwa pada akhirnya kita adalah tentang meyakinkan dan diyakinkan. Dan kita berada di dua kubu berbeda.

Kamu selalu disana. Sendiri. Berseberangan dariku. Menunggu. Aku sendiri juga kurang paham tentang apa yang kamu tunggu. Aku dan keyakinanku atau harapanmu sendiri. Menunggu aku datang atau hanya takut melukai harapanmu sendiri. Aku kurang paham.

"Aku cuma pengen kamu tahu, aku nunggu kamu. Disini."

Kalimat itu singkat. Terlalu singkat untuk kamu meyakinkan keberadaanmu. Tapi kamu benar-benar selalu disana.  Kadang kamu tersenyum. Kadang kamu mengangguk. Kadang kamu menegur. Tapi lebih sering kamu diam dan hanya membiarkan aku tahu bahwa kamu disana. Selalu. 

Tapi kita tetap dalam spasi. Kamu yang takut melangkah dan aku yang meragu. Jarak kita tetap sama meski waktu telah merubah diri menjadi bulan. Mungkin kamu yang kurang paham tentang bagaimana cara meyakinkanku. Atau aku yang tak mengerti caramu. Sampai kita menghabiskan berlembar-lembar kertas hidup hanya untuk berada dalam satu spasi yang selalu sama.

Sampai pada satu titik, hidup memintaku untuk melangkah. Dan aku masih melihatmu disana. Seperti biasanya kamu sedikit tersenyum. Tanpa bergerak sedikitpun. Hingga aku memberanikan diri untuk mencoba melangkah mengurangi spasi kita. Namun, pada detik yang sama aku melangkah ternyata kamu terlanjur berbalik pergi. Perlahan.

"Langkahmu, langkahku terpisah menjadi buku yang berbeda."

0 comments:

Post a Comment