Pages

Sunday, February 19, 2012

Zona

Panggung itu mengenalkanku pada satu sosokmu. Aku mengenalmu yang pada saat itu memegang gitar dan mengalunkan syair-syair bernada. Aku mengenalmu diantara berpuluh-puluh pasang mata yang berebut menjadikanmu objek penginderaan matanya. Fokus mendengar suaramu yang berbaur dengan petikan-petikan gitarmu. Aku mengenalmu sama seperti mereka mengenalmu. Meninggikan namamu saat kamu berdiri di panggung itu, namun kemudian gema namamu hilang begitu saja ketika kamu turun dari tahta yang menghebatkanmu itu.

"Aku mau ngenalin kamu sama temenku." Ucap sahabatku.
"Sama siapa?"
"Itu yang barusan selesai nyanyi." Jawabnya sambil menunjuk punggungmu yang membelakangi penonton.

"Hai." Sapamu pertama kali.
"Hai."

Satu kata tersebut menjadi pupuk yang dari benih percakapan kita.  Satu masa yang membiarkanku menyelami sosokmu. Satu pertemuan yang menjadi pondasi untuk pertemuan-pertemuan lain. Dan kemudian aku tergila-gila dalam sesaat. Kegilaan yang kemudian menjadi asas untuk duduk disini. Berada diantara berpuluh-puluh pasang mata yang lagi-lagi menjadikanmu objek.

Tapi rasa-rasanya posisi ini jauh lebih sulit, ketika aku mengenalmu tidak lagi hanya sebatas nama, paras, atau bakat yang kau miliki. Posisi ini jauh lebih sulit ketika kamu bukan lagi hanya sekedar lelaki yang pantas dikagumi. Posisi ini jauh lebih sulit ketika gema namamu tak berhenti meski kamu meninggalkan panggung itu. Karena "aku" saat ini tak lagi sama dengan "aku" pada saat pertama kali kita menjabat tangan masing-masing.

"Jangan lupa nanti foto-foto yang banyak pas aku nampil. Mumpung aku belum terkenal-terkenal banget." Guraumu sesaat sebelum menaiki panggung tersebut.
"Males. Kayak ada gunanya aja aku ngefoto-foto kamu." Jawabku sekenanya.
"Ya ada lah. Kali ada yang pas buat jadi wallpaper di HP mu kan?" Dan sejurus kemudian kamu sudah ada diatas tahtamu sebelum aku sempat menjawab.

Kamu tahu? Panggung tersebut menciptakan zona. Zona berbatas cahaya yang memisahkan keberadaanku dan kamu. Kamu dibawah sinar sedang aku didalam gelap. Zona yang membuat aku mempertanyakan banyak hal.

"Bisakah kamu melihatku, ketika 5 pijar cahaya tersebut menyorot sosokmu? Sedang aku terhalang gelap bersama dengan berpuluh-puluh sorot mata disini. Di tempat duduk penonton."

-djendelo koffie

0 comments:

Post a Comment