Pages

Friday, August 19, 2022

Kuharap Kita ....


Kuharap kamu...
Baris kata yang tak pernah bosan kubaca
Perjalanan yang selalu kunikmati

Kuharap aku...
Jalan setapak yang tak lelah kamu telusuri
Petualangan yang selalu kamu pilih

Kuharap kita...
Penuh langkah beriringan
Atas cerita yang tak memiliki akhir





Monday, September 21, 2020

Single and Happy

 #30DaysWritingChallenge

Seharusnya Day-6!

Yup! Ini curang. Kalau pada saat day-5 kemarin alasan saya adalah overtime, untuk day-6 ini alasan saya karena para keponakan kesayangan saya kemarin sempat menginap. So, I took care of them. Mencari alasan memang selalu mudah!

Single and happy.

Saya sendiri agak heran dengan munculnya tema ini dalam writing challenge. Buat saya, single dan happy tidak perlu dihubung-hubungkan. Tidak ada yang bisa menjamin statusmu akan berhubungan dengan kebahagiaan. Karena bahagia bukan tentang apa saja yang kamu miliki, tapi tentang bagaimana kamu menilai apa yang kamu miliki.

Saya single. Dan saya bahagia.

That's right! Tapi bukan berarti kalau esok hari saya tidak single, artinya saya tidak bahagia. Saya bahagia karena saya menikmati kehidupan single saya. Banyak teman saya yang seumuran atau bahkan lebih muda, sekarang sedang sibuk memikirkan urusan sekolah anaknya. Sedang berkutat dengan urusan rumah atau sejenisnya. Kalau sekarang saya punya banyak waktu untuk menulis, beberapa teman saya mungkin sedang mencoba menenangkan anaknya yang sedang menangis. 

I'm almost 30, by the way. Dan menjadi wanita yang belum menikah dengan usia ini di Indonesia artinya saya harus sering menjadi tuli dari omongan orang. That's my secret being happy nowadays.

"Puas-puasin lah. Enakan juga single. Nggak usah mikir suami sama anak. Bisa goler-goler sampe siang."

"Nikahlah. Udah nggak jamannya jalan sendiri, kemana-mana sendiri. Masa nggak bosen kayak gitu terus?"

Sungguh nasehat-nasehat yang bertentangan. Lalu, saya sadar bahwa banyak orang sibuk menilai kebahagiaan orang sesuai dengan standar hidup mereka. Tapi dari situ juga saya belajar, bahwa sungguh tidak ada hubungannya antara statusmu dan kebahagiaan. Apapun statusmu, kau bisa dan berhak bahagia. Saya single, saya bahagia dan bukan berarti saya bisa mengutuk manusia-manusia yang sudah memutuskan untuk berkeluarga dengan mengatakan mereka tidak bahagia. Pun sebaliknya.

Satu yang perlu kita ingat bersama, 

tidak perlulah kita mengkerdilkan sesuatu hanya karena kita tidak menjalani hidup semacam itu. 

Pun, tidak perlulah berlebihan bangga terhadap apa yang kita jalani.

Bahagia adalah tentang bagaimana kamu mengolah rasa terhadap apa yang kamu miliki.

My Parents

 #30DaysWritingChallenge

Seharusnya Day-5!

Wohoo! See? Baru hari ke-5 sudah muncul ketidak-konsistenan. Maafkan kekhilafan hamba. Jum'at kemarin adalah hari overtime setempat kerja. Dan tentu saja pulang-pulang, badan otomatis tidak mau lepas dari kasur. Anyway, writing about my parents? I actually did that a long time ago. Jadi, saya bagikan saja link nya disini, karena setelah saya baca ulang tidak ada yang berubah dari pemikiran saya pada waktu itu.

It was 9 years ago. Pada awal saya menjalani umur 20an. Dan sekarang, saya hampir masuk dunia berkepala 3. I feel so old!

https://viairianti.blogspot.com/2011/04/gadis-kecil-dan-mama.html

https://viairianti.blogspot.com/2011/03/gadis-kecil-dan-ayah.html

Percaya atau tidak, setiap kali saya membaca ulang apapun yang pernah saya tulis kadang-kadang saya pun terheran-heran. How could I write that kind of thing?! Tapi, bukannya saya tidak mau menuliskan lagi tentang orangtua saya. Bagi saya, tulisan dulu masih sangat mewakili perasaan saya kepada mereka sekarang.

Sehat dan bahagia selalu! That's all I need from both of you.


Love,


Your little girl

Thursday, September 17, 2020

Places I Want to Visit

 #30DaysWritingChallenge

Day-4

"What places you want to visit?"

Wizarding World in London!!!!

Harry Potter Filming Locations!!!

Apalagi yang bisa saya sebutkan selain itu? Tidak ada. Hidup dalam masa Pandemi membuat saya menjadi manusia yang ikhlas tinggal di dalam rumah yang isinya saya lagi-saya lagi. Menjadi manusia yang tidak berharap bisa jalan-jalan dengan bebas. Kembali bisa keluar rumah tanpa harus khawatir ada kemungkinan menularkan/ditularkan orang saja sudah syukur. Tapi, pada saat tema ini menjadi tema ke-4 dari challenge, I can't stop thinking about those places!! 

Memutar balik mesin waktu kembali ke masa sekolah, saya pernah ditanya oleh teman,

"Kalau bisa keluar negeri mau kemana?"

"London."

"Kenapa London?"

"Mau ke Wizarding World-nya Harry Potter."

"Itu doang?"

"Iya."

Seabsurd itu saya. Bahkan kalaupun saya diberi rejeki hanya bisa mengunjungi London dalam tempo yang sesingkat-singkatnya, maka dengan senang hati dan suka cita, saya akan ke Wizarding World lalu kembali ke Indonesia Raya. Hahaha. Call me idiot. I admit it.

Mengingat masa yang lebih purba, sebelum Wizarding World diciptakan di muka bumi ini saya pun pernah mengutarakan kepada teman saya,

"Kalau bisa pengen keliling UK deh."

"Mau kemana aja emang?"

"Ketempat syuting Harry Potter."

Saya bahkan masih mengingat dengan jelas muka-muka keheranan teman-teman saya. I'm a weirdo!

Bagi saya, Harry Potter bukan hanya sekedar cerita. Bukunya adalah pintu pertama saya menyetuh dunia novel. Kisahnya adalah kisah yang bertumbuh bersama dengan saya. Saya masih ingat bagaimana rasanya menanti-nanti novel terbaru setiap tahunnya. Bahkan saya ingat, bagaimana dulu saya harus memesan bukunya jauh-jauh hari sebelum buku-buku tersebut terbit.

Saya bahkan harus ikhlas mendengar omelan mama, karena buku-buku tersebut membuat saya lupa makan, lupa tidur dan sepertinya lupa pipis. Oh, oke. Sepertinya bukan saya yang ikhlas, tapi mama saya yang harus ikhlas mengomel sepanjang hari. Hari-hai terbitnya buku terbaru Harry Potter sepertinya adalah masa kelam untuk beliau.

So, will I be there someday?

Tidak tahu. Tapi menuliskannya saja sudah cukup membuat saya tersenyum sendiri.

Wednesday, September 16, 2020

Ingatan, Kenangan

#30DaysWritingChallenge

Day-3

Tidak. Aku tidak akan mendongengkan kenanganku disini. Sebab, barangkali kau akan bosan, dan tertidur sebelum dongeng kenangan selesai kuceritakan.

Untukku, ada 3 macam kenangan yang dimiliki manusia. Kenangan serupa danau, yang selalu cukup menggoda untukmu bermain disana. Dimana waktu dunia terasa melambat. Kau bisa saja bertahan disana sambil membaca ingatan kenangan berjilid-jilid sampai tanpa sadar senja mengusirmu dengan halus. Ada juga kenangan serupa taman depan rumah, yang selalu kau coba modifikasi dengan tatanan paling indah hanya agar kau merasa bahwa, ingatan kenangan tersebut tidak terlalu buruk untuk kau bawa sampai tua. Sampai renta. Terakhir, kau bisa saja menemukan kenangan serupa genangan bekas air hujan yang bersikeras kau hindari. Demi tidak kotornya sepatumu. Yang membuatmu bersikeras melayangkan doa pada Tuhan, agar matahari bersedia mengeringkan genangan itu, sampai hilang. Sampai kering. Sampai tak terlihat olehmu.

Oh, jangan tanyakan soal teori atau mengajakku berdebat soal ini. Karena aku tidak sedang mengerjakan karya ilmiah. 

Tuesday, September 15, 2020

Things That Makes Me Happy

#30DaysWritingChallenge

Day-2

Sepertinya saya butuh banyak waktu untuk mengingat hal apa yang membuat saya bahagia. Semakin saya dewasa, rasanya hampir semua kejadian terasa biasa saja. Tapi kalau harus saya sebutkan, sepertinya berjalan kaki. Sebagai manusia yang lahir dan sempat tinggal di kota kecil, berjalan kaki menjadi satu kebiasaan.  Bagaimana tidak? Pada masa itu, kemanapun saya pergi hampir selalu tidak bersedia menaiki bis kota. Bagi saya, berjalan membuat saya bisa meromantisasi banyak hal. Rumput, pohon, sungai, bebatuan, pedagang pinggir jalan dan lain sebagainya. Sesimpel itu. 

Sekarang?

Tentu saja tidak. Sulit bagi saya menemukan tempat berjalan kaki yang nyaman di kota saya sekarang ini. Ditambah cuaca yang seringkali panasnya tidak mengenal ampun.

Menonton Korean drama. Yang ini sepertinya tidak bisa ditawar. Bukan karena Korean-wave sedang merajalela, tapi saya rasa saya sudah terlanjur tenggelam dalam dunia drama untuk waktu yang cukup lama. Barangkali 17 tahun atau bahkan lebih. Dari dunia ini saya belajar sedikit tentang dunia kedokteran, jurnalistik, penyakit psikologis dan banyak hal. Harus diakui, menonton Korean drama bukan hanya melulu soal tangis-tangisan tapi juga soal detail dari tema yang diangkat.

Pegunungan dan hujan. Lagi-lagi saya harus mengakui kota tempat lahir saya sungguh berpengaruh banyak. Cuaca dingin, hijau pemandangan, dan air hujan sepertinya memang komposisi yang pas bagi saya, meski hanya duduk manis menikmati.

Diakui atau tidak, bahagia memang hanya berkutat pada hal-hal sederhana yang kadang terlewat. Dia tidak gaduh, tidak juga megah. Dia lebih memilih menyelip diam-diam dan menyapa lembut serupa angin sepoi-sepoi.

Monday, September 14, 2020

My Personality

#30DaysWritingChallenge

Day-1

Sebelum memulai challenge ini, ijinkan saya mengucapkan "selamat datang kembali" teruntuk diri saya sendiri. Menantang diri untuk mulai menulis lagi saat ini rasanya seperti memaksa pulang kampung disaat tidak libur. Menyenangkan tapi juga khawatir. Khawatir tidak punya cukup waktu, khawatir segalanya terasa terburu-buru dan tidak bisa dinikmati, sekaligus senang. Senang berharap bisa melarikan diri sejenak dari riuh dan hingar bingar isi kepala. 

Sejujurnya menulis topik ini adalah yang seringkali saya hindari. Kepribadian saya. Dalam proses menulis ini sesungguhnya saya berdoa semoga saya cukup mengenal  dan cukup bisa menilai diri saya sendiri. Kalau boleh saya pengakuan dosa, terkadang saya terlalu sibuk menganalisis orang lain sampai lupa jalan pulang untuk menganalisis diri sendiri. Who's with me?

Mungkin saya harus mulai dengan:

"Woman outside, man inside." Hahaha.

Sebenarnya ini mencontek dari penuturan orang-orang disekitar saya selama ini. Lalu, berdasar pada tes yang pernah iseng tidak berhadiah saya kerjakan dalam buku "Why Men Don't Listen & Women Can't Read Maps", hasil skor saya menunjukkan hasil skor cara otak saya berpikir ada diambang batas skor yang biasanya dimiliki laki-laki. But, thanks God, I can't read maps! Setidaknya, itu adalah salah satu hal yang paling wanita dalam diri saya dan harus dipertahankan. Selamat!

Selanjutnya, jangan berharap saya bisa dengan sukarela menjalani sesuatu terutama tentang prinsip atau jalan hidup yang tidak saya sukai. I don't care what you say, I live my own life. Menjalani hidup sesuai dengan standar orang lain buat saya adalah hal yang menguras tenaga dan sia-sia. Bagi saya, hidup bukanlah sekolah melainkan belajar. Dalam hidup tidak ada level atau istilah "naik-tidak naik", tapi bagaimana kita berproses mengambil nilai dari kejadian yang dijalani. Jadi, saya tidak perlu menjalani ujian yang sama dengan orang lain, bukan?

Jangan berharap menemukan saya dalam keramaian, bahkan meski di tempat tersebut ada diskon dimana-mana. Hahaha. (Sombong ala anak sultan!). Oh, oke! Kecuali kalau itu diskon buku besar-besaran. Lahir dan sempat besar di lembah sepertinya memang memiliki pengaruh cukup besar bagi saya.

Itu saja? 

Sebenarnya tidak. 

Tapi menulis 3 hal ini saja, energi saya habis untuk menganalisis. Menemukan jalan kepada diri sendiri memang bukan pekerjaan mudah.