Pages

Friday, February 25, 2011

Sudah Cukup Denganmu Saja

Untuk transformasi dari perwujudan rasa, sang ekspektasi yang sungguh menganggu. Tidak cukupkah hanya berbagi dengan dirimu, Rasa? Tidak cukupkah bertahan hanya denganmu? Jangan bertransformasi ke dalam bentuk lain, apalagi bentuk ekspektasi. Jangan pernah! Aku tidak memerlukan keberadaan ekspektasi. Aku memang sedang sengaja memenjarakan asa.

Berulang kali ku peringatkan agar kau tidak bertansformasi menjadi ekspektasi. Bukan karena teori kesempurnaan yang kuanut. Atau karena perlindungan hati yang memang ku perkuat. Bukan karena itu. Ini tentang rasa  ketercukupan ku. Cukup dengan wujud mu saat ini. Cukup kau dan bukan bentuk transformasimu.

Pernah aku mencoba membuat logika mengingatkan hati. Tapi pada takdirnya mereka memang bukan hal yang dapat dengan mudah untuk dileburkan. Mereka berada pada dua sudut pandang yang terkadang memiliki perbedaan yang signifikan. Hati tetap memilih bergantung pada rasa ini. Dan logika hanya mampu menahan gerak tubuh ataupun pikiran, agar merasa cukup. Cukup dengan pemilik tunggal hati, Rasa. Tanpa harus bergandengan dengan ekspektasi.

Rasa, aku tak meminta masa depan padanya. Sudah cukup denganmu saja. Aku tak meminta kepastiannya. Sudah cukup dengan keberadaannya saja. Jadi, tolonglah jangan mengahadirkan ekspektasi dalam arah mu.

0 comments:

Post a Comment