Pages

Friday, April 8, 2011

Noviani Dhias Pratiwi

Noviani Dhias Pratiwi. Kamu memintaku untuk mendeskripsikanmu dalam beberapa paragraf. Entah kenapa permintaan itu muncul. Entah kenapa hanya aku yang diminta menulis dalam beberapa paragraf, sedang yang lain justru hanya kamu minta beberapa kalimat, bahkan kata! Sudahlah. Ini memang inginmu. Bertanya seperti apapun, protes seperti apapun, inginmu memang hanya menjadi milikmu, hanya menjadi keputusan mu.

Jujur saja, permintaanmu ini sulit. Mendeskripsikan kamu ternyata tidak semudah menulis kisah fiksi selama ini. Selama ini, baris-baris kata yang ada adalah hasil imajinasi tak berbatas yang seperti membebaskanku menulis. Yang menyerahkan diri untuk ku visualisasikan dalam otak untuk kemudian terproses menjadi deretan panjang paragraf. Tapi kamu, kamu bukan imajinasi. Kamu nyata. Kamu ada. Dan mendekripsikan kenyataan ternyata tak semudah itu.

Jadi apa yang harus ku deskripsikan? Tentang kamu yang pelupa? Kurasa kamu bukan pelupa, kamu hanya teledor. Ingatanmu sebenarnya terlalu kuat untuk disebut pelupa. Kamu hanya kurang memperhatikan hal-hal kecil yang ternyata penting. Ya. Kamu teledor, bukan pelupa. Jadi ubahlah sedikit keteledoran mu itu. Lalu, kamu inferior? Sebenarnya entah kamu berada di level mana. Inferior atau superior. Kamu tidak pernah benar-benar inferior ataupun superior. Aku selalu percaya kamu mampu mengurus segala hal yang ada ketika kamu memang merasa dituntut untuk seperti itu. Kamu bisa saja berani. Kamu bisa saja berpendapat. Benar kan? Kamu hanya sedikit kurang mempercayai dirimu sendiri ketika kamu merasa ada orang lain yang lebih mampu untuk memutuskan segala hal. Tapi kamu bukan inferior. Jelas bukan. Jadi, bukankah akan lebih baik jika kamu memberi lebih banyak kepercayaan pada dirimu sendiri? Kamu jelas mampu untuk melakukan segala hal. Aku bisa percaya itu.


Kamu perfeksionis yang terjebak dalam keteledoran. Sebenarnya kamu selalu ingin segalanya sempurna. Kamu sering mengulang tugasmu. Seperti tak rela jika ada sedikit celah untuk disalahkan. Tapi keteledoran sering kali merusak rencana sempurnamu. Ternyata teledor sudah sejauh ini mempengaruhi mu ya?


Kamu tahu kalau sebenarnya di otakmu itu tersimpan banyak informasi. Informasi-informasi yang mungkin tak pernah aku ketahui sebelumnya. Aku lebih sering hanya bisa ber"ah oh" saja daripada menanggapi  banyak kata mengalir darimu. Lebih sering tidak tahu daripada tahu. Akhirnya kamu terkadang sebagai sumber informasi. Dari banyak waktu terlewat, atau kejadian-kejadian yang terlangkahi, aku selalu suka bagian ketika kita bisa berbagi teori. Atau malah menciptakan teori-teori bodoh bersama. Kadang hanya berdua tapi lebih sering lagi, bertiga atau berempat. Kamu dengan pandangan mu dan aku dengan pandangan ku. Kita  berdua masih saja jago berteori walaupun NOL dipraktek. Tapi tetap saja aku menyukai bagian itu. Berteori dengan mu seperti menambah sisi-sisi dalam hidup. 


Aku pernah bilang bahwa kamu adalah kakak yang baik, yang sangat mampu memberi perhatian. Kadang aku heran dengan perhatian mu ke adik-adikmu. Terutama Ani. Tetaplah menjadi kakak yang baik. Untuk semua adik-adik mu, termasuk aku tentunya. Selamat sibuk dengan segala aktiftas tugasmu yang menuntut diselesaikan itu. Cepatlah pulang kepangkuan kami. Anggap saja ini adalah ungkapan rasa rindu, meski sebenarnya ini adalah ungkapan protes karena kau lebih sering menghilang daripada muncul dihadapan kami.

0 comments:

Post a Comment